Ringkasan
Apa Itu Demam Kelenjar (Glandular Fever)?
Dikenal Juga Sebagai Kissing Disease
Penyebab Demam Kelenjar
Gejala Demam Kelenjar
Upaya Mencegah Demam Kelenjar
Pengobatan Demam Kelenjar
Sumber Referensi
Di era modern seperti sekarang ini, banyak remaja yang terlibat dengan pergaulan bebas. Sehingga hal-hal yang dulunya dianggap tabu seperti berciuman, kini seperti sudah biasa.
Padahal dibalik kegiatan berciuman bisa berdampak negatif, salah satunya tertular penyakit. Adapun penyakit yang potensi penularannya dapat terjadi melalui aktivitas berciuman adalah demam kelenjar (glandular fever).
Apakah demam kelenjar berbahaya? Simak penjelasan lengkapnya dalam artikel berikut ini. Semoga bermanfaat!
Apa Itu Demam Kelenjar (Glandular Fever)?
Demam kelenjar merupakan penyakit akibat virus yang disebut lebih sering menyerang remaja dan usia dewasa muda. Penyakit ini biasanya berasal dari infeksi virus Epstein-Barr (EBV), virus herpes yang sangat menular. Secara umum, demam kelenjar tidak berbahaya dan bisa sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Setelah sembuh dari penyakit ini, seseorang tersebut akan kebal terhadap demam kelenjar.
Dikenal Juga Sebagai Kissing Disease
Di samping itu, demam kelenjar juga dikenal sebagai infeksi mononukleosis yang turut populer dengan sebutan kissing disease karena seringkali penularannya terjadi melalui ciuman. Mayoritas orang di seluruh dunia pernah memiliki infeksi EBV, hanya saja tidak selalu menimbulkan gejala atau menyebabkan demam kelenjar. Terlebih infeksi sitomegalovirus dan rubella atau campak Jerman juga bisa menyebabkan demam kelenjar.
Penyebab Demam Kelenjar
Seperti yang telah disinggung di atas, demam kelenjar merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus EBV. Seseorang bisa terpapar penyakit ini melalui air liur penderita, misalnya melalui ciuman dan berbagi pemakaian gelas atau alat makan. Di samping itu, seseorang juga bisa tertular bila secara tidak sengaja menghirup percikan air liur penderita, misalnya ketika penderita bersin atau batuk.
Virus EBV sendiri rupanya juga terdapat di dalam darah dan sperma penderita demam kelenjar. Maka dari itu, penyakit ini juga menular melalui transfusi darah, donor organ tubuh, dan hubungan seksual. Seseorang mungkin tidak menyadari telah terserang demam kelenjar dan bisa menularkannya ke orang lain. Hal ini dikarenakan virus EBV memiliki masa inkubasi selama 4-6 minggu sebelum muncul gejala.
Virus EBV pertama kali akan menginfeksi lapisan tenggorokan saat memasuki tubuh seseorang. Setelah itu, sel darah putih (limfosit B) bisa menyebarkan infeksi tersebut ke bagian tubuh lain, tak terkecuali hati dan limpa.
Sementara itu, beberapa penelitian menyebutkan bahwa demam kelenjar bisa menular ke orang lain hingga 18 bulan setelah penderita sembuh. Bahkan diketahui bahwa virus juga bisa kembali aktif di kemudian hari.
Gejala Demam Kelenjar
Adapun gejala demam kelenjar yang baru muncul antara 4-6 minggu setelah infeksi awal, diantaranya adalah:
1. Gejala yang mirip dengan sakit flu, termasuk nyeri tubuh dan sakit kepala
2. Demam hingga lebih dari 38 derajat Celcius dan menggigil
3. Ruam luas yang tidak menimbulkan gatal
4. Sakit Tenggorokan
5. Lemas dan tubuh kelelahan
6. Terjadi pembengkakan kelenjar getah bening
7. Kulit dan bagian putih mata menguning (penyakit kuning)
8. Nyeri pada perut bagian atas akibat limpa yang membengkak
Upaya Mencegah Demam Kelenjar
Seperti yang sudah dijabarkan mengenai penyebaran demam kelenjar yakni melalui air liur, maka untuk mencegahnya adalah dengan menghindari kontak air liur penderita. Misalnya tidak berciuman dengan orang yang menunjukkan gejala demam kelenjar.
Kemudian menghindari berbagai penggunaan gelas, alat makan, dan sikat gigi dengan orang lain, serta selalu pastikan menjaga kebersihan diri, termasuk rajin mencuci tangan.
Pengobatan Demam Kelenjar
Meski demam kelenjar bisa sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu, namun dalam kurun waktu tersebut penderita juga disarankan melakukan perawatan mandiri di rumah guna meredakan gejalanya. Adapun perawatan yang dilakukan adalah beristirahat yang cukup.
Kemudian berkumur dengan air garam, minum air putih yang cukup, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, serta mengonsumsi obat pereda nyeri seperti paracetamol.
Perlu diingat bahwa dengan beristirahat yang cukup akan mempercepat proses pemulihan. Maka dari itu, jangan terburu-buru dalam melakukan aktivitas berat agar demam kelenjar tidak kambuh kembali.
Selain itu, konsultasikan juga dengan dokter terkait dengan waktu yang tepat untuk kembali beraktivitas. Pada kebanyakan kasus, penderita membutuhkan waktu hingga 3 bulan untuk sembuh total.
Di sisi lain, tak kalah penting untuk diingat adalah demam kelenjar bisa mengganggu fungsi hati. Maka dari itu, usahakan untuk menghindari konsumsi minuman beralkohol selama belum sembuh dari demam kelenjar, karena akan semakin mengganggu fungsi hati.
Sumber Referensi
dr. Pittara. 2022. Demam Kelenjar (Glandular Fever) [online] (https://www.alodokter.com/demam-kelenjar diakses pada 10 Agustus 2023)
dr. Rizal Fadli. 2022. Ini Gejala Demam Kelenjar yang Perlu Diwaspadai [online] (https://www.halodoc.com/artikel/ini-gejala-demam-kelenjar-yang-perlu-diwaspadai diakses 10 Agustus 2023)
Artikel Terkait Lainnya