Unduh Aplikasi Nirvana

image Yoga

Yoga Category

Melirik Yoga sebagai Bentuk Terapi Penyembuhan di Jingga Yoga Studio Medan

18 December 2023

oleh Imada Rahmadia Lubis

Share

Tweet

Salin Tautan

Ringkasan

Lantas Bagaimana “Cara Yoga” Melakukannya?

Pasien Harus Bahagia Sebelum Melakukan Yoga Terapi

Awalnya Takut, Namun Akhirnya Jatuh Cinta dengan Yoga Terapi

Seiring dengan semakin populernya yoga, masyarakat tidak lagi hanya melihat yoga sebagai bentuk olahraga untuk meningkatkan kebugaran tubuh. 

Kini masyarakat mulai melirik yoga sebagai bentuk terapi penyembuhan yang dapat membantu meredakan berbagai penyakit dan masalah kesehatan.

Namun dalam ini, perlu dipahami bahwa yoga bukan pengganti perawatan medis konvensional. 

Penting untuk diingat, yoga bermanfaat dalam membantu sekaligus memberikan dukungan bagi penderita dalam bentuk terapi penyembuhan.

Lantas Bagaimana “Cara Yoga” Melakukannya?

Tim Nirvana Indonesia Yoga menemui pemilik Jingga Yoga Studio, Miss Yanti, seorang yogi therapy practitioner berpengalaman di Medan. Ia juga aktif di Komunitas Lupus bernama Cinta Kupu Sumut.

Menurutnya, ada banyak gerakan yoga dapat membantu meningkatkan fleksibilitas, kekuatan otot, dan keseimbangan tubuh. Begitupun dengan gerakan lain yang dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah, mengurangi tekanan darah hingga meredakan ketegangan otot.

Apalagi jika dikombinasikan dengan latihan pernapasan (pranayama), dapat membantu mengelola stres, kecemasan hingga depresi.

Ia pun turut membuktikan sendiri pengalaman tersebut. Bermula dari sang adik yang terkena lupus, ia lantas tertarik, mengulik hingga mendalami praktik yoga terapi ini.

“Jadi adik kandung saya lupus, saya latih dia setiap kita mau liburan atau jalan-jalan. Saya wajibkan dia untuk yoga, minimal latihan pernapasan karena lupus juga dapat mempengaruhi paru-paru,” ceritanya.

Ia melihat perubahan di tubuh sang adik, terlihat lebih rilex dan tenang. Otomatis liburan makin lancar.

“Nah, lupus itu nggak boleh capek, tapi saya lihat adik saya aman. Kami arung jeram pun Alhamdulillah adik saya aman tubuhnya,” ceritanya.

Sejak saat itu, ia turut aktif memberikan pelatihan yoga gratis untuk para penderita lupus bersama temen-temen dari Komunitas Lupus bernama Cinta Kupu Sumut. Wadah untuk sharing ilmu, tukar pikiran, berbagi pengalaman, cerita seputar obat ini apa, redakan ini bagaimana dan segala macam seputar lupus.

“Biasanya untuk berlatih yoga, seminggu sekali kita lakukan setiap sore. Kalau mau lebih intens lagi latihannya, datang ke studio saya gratis, pokoknya pas dengan waktu kosong saya, khusus lupus free,” terangnya.

Ia ingin menolong mereka karena lupus termasuk penyakit yang cenderung mengalami fluktuasi dalam gejala seumur hidup. “Setidaknya saya bisa membantu meredakan rasa sakit, bahkan sesederhana mendengarkan cerita mereka,” harapnya.

Pasien Harus Bahagia Sebelum Melakukan Yoga Terapi

Tak hanya pada penderita lupus, yoga terapi juga bisa diimplementasikan pada gangguan kesehatan lainnya seperti kanker, stroke, skoliosis hingga cedera ringan.

Salah satu kunci agar implementasi yoga terapi berdampak maksimal adalah Harus Bahagia. 

Lantas apa hubungannya?

Menurut Miss Yanti, saat kita tidak merasa bahagia, maka otot maupun saraf di dalam tubuh akan menegang dan tidak relax. Padahal jika otot dan saraf kita relax, peredaran darah jadi lebih lancar.

“Maka dari itu jika saya mau yoga terapiin pasien stroke, saya ajak ngobrol dulu. Umumnya stroke itu disebabkan oleh stress, sehingga dominan ingin marah dan gak sabaran. Itulah mengapa saya ajak ngobrol dulu, buat dia bahagia dan tersenyum,” terang Miss Yanti.

Ketika merasa bahagia, seseorang akan lebih mudah untuk “menerima” manfaat yoga terapi. Sebab saat bahagia, baik otot maupun saraf di dalam tubuh akan ready untuk digerakkan dan menerima terapinya. Kalo tidak, besar kemungkinan di tubuh akan denial (tertolak).

“Merasa bahagia itu juga tidak bisa berbohong, saat terjadi penolakan di diri kita, biasanya ototmu akan mengeras, itu susah. Dan percayalah guru itu pasti tau kok, tubuh muridnya itu sudah ready atau belum untuk melakukan yoga terapi,” jelas Miss Yanti.

Namun penting dipahami, bahwa untuk penanganan gangguan kesehatan khusus, misalnya skoliosis. Sebelum menjalankan yoga terapi, harus sudah mendapatkan surat rekomendasi dokter yang bersangkutan.

“Pertama saya selalu bilang dulu kalo saya bukan dokter. Saya hanya terapis yang membantu mengurangi keluhan atau mengurangi rasa sakit,” tambahnya.

Ini karena tiap gangguan kesehatan, maka latihan yoga terapi yang dilakukan juga akan berbeda. Skoliosis misalnya, bukan hanya stretching saja atau memanjangkan otot. Namun juga melakukan penguatan di sisi tertentu.

“Skoliosis itu ada sisi yang lemah dan ada sisi yang kuat. Jadi untuk sisi yang lemah kita kuatkan, sisi yang kuat kita stretching. Gerakannya pun akan menyesuaikan mana yang dibolehkan dan mana yang tidak dianjurkan. Sehingga tidak bisa sembarangan,” jelasnya.

Selain itu, tidak semua gangguan kesehatan bisa ia tangani. Jika gangguan kesehatan sudah kompleks sekali. Ia akan tolak dengan lembut.

“Saya akan diskusikan dengan guru saya, Pak Tedy, ternyata kena di lumbar, di sakrum, di punggung dan lainnya. Mohon maaf akan saya tolak karena ilmu saya belum sampai kesana. Kalau dia berkeras, saya akan minta dia kembali ke dokternya dengan lembut,” jelasnya.

Awalnya Takut, Namun Akhirnya Jatuh Cinta dengan Yoga Terapi

Selain bercerita seputar apa itu yoga terapi, Miss Yanti juga turut membagikan pengalamannya saat mencoba yoga untuk pertama kali. Ia mengaku mulai beryoga di usia 30 tahunan.

“Saat itu udah menikah dan sudah punya anak usia dua tahunan, tapi saya melihat yoga itu lebih kepada fleksibilitasnya. Saya pengen yoga supaya fleksibel, bisa split dan lain lain. Jujur di awal saya tipe yang sebulan yoga sebulan lagi libur. Jadi hanya sekedar coba-coba saja,” kenangnya.

Seiring waktu berlalu, ia jadi mulai suka beryoga, bukan tipe yang yoga suka-suka lagi. Tapi sudah di tahap mulai menggeluti dan mulai menekuni.

“Saya dulu ada workshop ikut, bahkan ada momen dimana saya dan teman-teman yang juga beryoga, inisiatif belajar privat panggil guru. Saat itu dengan salah satu guru yoga senior di Medan, jadi anatominya dapat, belajar nge-flownya juga dapat. Lama-lama saya merasa yoga sudah jadi bagian dari kehidupan,” katanya.

Namun meski begitu, tak dapat dipungkiri rasa bosan juga turut menyertai. Ia berkelana dari satu jenis yoga ke jenis yoga lainnya. Mulai dari Hatha, Vinyasa hingga akhirnya jatuh cinta ke yoga terapi.

“Pertama yoga itu saya hatha, terus ketemu salah satu guru yoga senior di Medan, mulai beralih ke vinyasa, power yoga juga. Lalu berkenalan juga dengan Astangga termasuk Iyengar juga pernah coba. Namun saya belum juga mendapatkan feelnya. Saya merasa kok ini gini-gini saja. Lama-lama saya galau lalu memutuskan untuk belajar keluar kota seperti di Jakarta, Bandung hingga Bali,” ceritanya.

Hingga satu waktu ia seperti “menemukan” apa yang ia cari saat mengikuti Wokshop di Bali dengan Bapak Made Teddy Artiana. Gurunya hingga sekarang, yang senantiasa membantu untuk terus melakukan update ilmu seputar yoga terapi.

“Ikut workshop untuk terapi lower backpain dan awalnya saya itu gak ada gambaran, karena ini bidang baru buat saya. Nah, Alhamdulillahnya memang sebelum workshop ke Bali, saya sudah nangani anak temen. Pasien udah operasi ke Penang, tapi ibunya minta tolong supaya anaknya di terapi karena belum bisa jalan. Nah Alhamdulillah, Pak Tedy menjelaskan dengan sedetail-detailnya,” cerita Miss Yanti.

Dari sana ia mulai tertarik, ditambah dukungan sang guru yang menyarankannya untuk benar-benar fokus ke yoga terapi. “Awalnya saya gak berani, ngerih karena apa yang saya tangani resikonya besar. Tapi Pak Tedy terus meyakinkan, ia melihat saya sebagai orang yang senang belajar,” terang Miss Yanti.

Sampai akhirnya ada satu nasihat Pak Tedy yang membulatkan niatnya. “Yanti, dengan belajar yoga terapi, minimal kamu bisa menolong diri kamu sendiri bahkan orang disekitarmu.

"Misalnya lagi jalan tiba-tiba terpelekok dan bengkak. Minimal hal-hal seperti itu kamu bisa handle. Bagaimana perasaan kamu setelah menolong orang, kemudian orang itu nyerinya berkurang. Pasti senang bukan? Bahkan itu adalah rasa senang yang sepengalaman saya gak bisa di jelaskan tapi harus dirasakan,” ucapnya menirukan nasihat sang guru.

Setelahnya ia mulai membulatkan tekad, terus belajar dan mengupdate ilmu seputar yoga terapi. Termasuk mempelajari hipnoterapi untuk pasien kanker.

Jingga Yoga sendiri sudah berdiri sejak tahun 2017. Jika Kamu berdomisili di Medan dan ingin mengenal maupun mencoba yoga terapi. Silahkan berkunjung ke Jingga Yoga Studio di Jalan Alfalah 38- STM Medan (di samping Gedung MPI) atau silahkan kunjungi Instagram Jingga Yoga Studio di akun @jingga_yoga.

article

Artikel Terkait Lainnya