Ringkasan
Apa Itu Japanese Encephalitis?
Penyebab Japanese Encephalitis
Gejala Japanese Encephalitis
Upaya Pencegahan Japanese Encephalitis
Sumber Referensi
Nyamuk merupakan hewan yang bisa menyebarkan virus penyakit seperti Demam Berdarah atau DBD serta Malaria. Selain kedua penyakit tersebut, rupanya nyamuk juga menyebarkan virus Japanese Encephalitis (JE) ke manusia melalui gigitannya.
Bahkan, ada kasus Japanese Encephalitis disebut-sebut bisa menyebabkan radang otak yang berakibatkan fatal. Lantas apa sih virus Japanese Encephalitis itu? Apa penyebab dan gejalanya?
Lewat artikel berikut kita akan mengulas mengenai virus Japanese Encephalitis, mulai dari penyebab hingga gejalanya. Semoga bermanfaat!
Apa Itu Japanese Encephalitis?
Japanese Encephalitis merupakan radang otak yang disebabkan oleh virus JE. Penyakit ini diketahui menyebar ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi virus tersebut.
Kebanyakan orang yang terinfeksi virus JE, umumnya mengalami gejala ringan atau bahkan tanpa gejala. Sementara pada orang yang mengidap penyakit parah, gejala awalnya adalah demam, sakit kepala dan muntah.
Gejala-gejala tersebut mungkin juga akan disertai dengan disorientasi, koma, dan kejang. Namun untuk kejang lebih sering terjadi pada anak-anak.
Meski pada umumnya bergejala ringan, namun pada sebagian kasus bisa menyebabkan radang otak yang berakibatkan fatal. Saat nyamuk menggigit hewan yang terinfeksi virus JE, maka penularan pun bisa terjadi.
Umumnya, hewan yang bisa terinfeksi virus tersebut adalah babi dan burung air. Saat nyamuk telah terinfeksi, maka bisa menyebarkan virus JE ke manusia melalui gigitannya. Meski begitu, tak perlu khawatir, virus itu tidak bisa menular antarmanusia.
Pada umumnya, Japanese Encephalitis ditemukan di kawasan Asia Tenggara seperti Myanmar, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Namun selain negara-negara ini, penyakit tersebut juga ditemukan di China, Korea, Sri Lanka, serta India.
Seperti yang telah disebutkan, virus JE bisa menyebabkan kondisi yang fatal, meski jarang terjadi. Angka kematian pun mencapai 20-30 persen dari keseluruhan kasus.
Sebanyak 30-50 persen kasus lainnya mengakibatkan gangguan saraf permanen. Adapun kasus yang parah biasanya terjadi pada anak-anak, khususnya yang berusia kurang dari 10 tahun.
Penyebab Japanese Encephalitis
Japanese Encephalitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengan nama yang sama. virus JE diketahui merupakan kelompok flavivirus yang masih terkait erat dengan virus demam berdarah, demam kucing (yellow fever) dan west nile fever.
Jenis nyamuk yang menyebarkan virus JE adalah nyamuk Culex Tritaeniorhynchus. Nyamuk ini diketahui lebih aktif pada malam hari dan banyak ditemukan di daerah persawahan.
Kasus Japanese Encephalitis pada umumnya akan meningkat saat musim hujan tiba. Hal ini dikarenakan jumlah populasi nyamuk akan bertambah. Di samping itu, pada sebagian besar kasus, penyakit tersebut terjadi di daerah peternakan babi.
Gejala Japanese Encephalitis
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, virus JE umumnya tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan gejala ringan seperti demam, sakit kepala, serta mual dan muntah.
Beberapa gejala diantaranya biasanya muncul 4-15 hari setelah penderita digigit nyamuk yang terinfeksi.
Adapun gejala berat yang ditimbulkan akibat virus JE adalah demam tinggi, napas cepat, leher terasa kaku, muntah-muntah parah, kaku otot, gangguan penglihatan akibat pembengkakan saraf mata (papiledema).
Kemudian juga menimbulkan gejala linglung, sulit bicara, tremor, kejang, terutama pada anak-anak, kelumpuhan, hingga koma.
Perlu diketahui bahwa gejala berat virus JE lebih berisiko terjadi pada anak berusia 2-10 tahun dan lansia.
Upaya Pencegahan Japanese Encephalitis
Adapun upaya utama yang perlu dilakukan untuk mencegah terpapar virus JE adalah dengan menjalani vaksinasi.
Di Indonesia, vaksinasi virus JE telah masuk ke dalam imunisasi dasar pada anak usia 9 bulan dengan dosis tunggal. Sementara untuk perlindungan jangka panjang, vaksinasi booster bisa diberikan 1-2 tahun berikutnya.
Beberapa hal yang bisa dilakukan selain vaksinasi untuk pencegahan virus JE adalah menggunakan losion anti nyamuk sesuai dengan petunjuk yang tertera ketika beraktivitas di luar ruangan.
Termasuk mengenakan baju lengan panjang bila beraktivitas di luar ruangan yang terdapat banyak tanaman seperti semak-semak atau rawa-rawa.
Upaya selanjutnya yang bisa dilakukan adalah menggunakan kelambu saat tidur, terlebih bila ruangannya tidak memiliki Air Conditioner. Disarankan juga memberi permetrin pada kelambu. Permetrin merupakan insektisida yang membunuh nyamuk dan serangga lainnya.
Kemudian membersihkan tempat yang bisa menjadi genangan air, seperti ember, pot bunga, dan tempat sampah secara rutin, serta membersihkan lingkungan sekitar rumah. Lalu tidak menumpuk barang-barang bekas.
Bila terkena gigitan nyamuk, disarankan untuk tidak menggaruk bekas gigitan tersebut. Hal yang bisa dilakukan adalah dengan mengoles bekas gigitan nyamuk dengan krim antigatal atau antihistamin yang dijual bebas untuk meredakan rasa gatal.
Sumber Referensi
CDC. 2022. Japanese Encephalitis (https://wwwnc.cdc.gov/travel/diseases/japanese-encephalitis diakses secara online pada 4 January 2024)
dr. Pittara. 2022. Japanese Encephalitis (https://www.alodokter.com/japanese-encephalitis diakses secara online pada 4 January 2024)
Artikel Terkait Lainnya