Unduh Aplikasi Nirvana

image Health

Health Category

Konsumsi Gula Jagung Benarkah lebih sehat?

30 March 2023

oleh Novi Ardila

Share

Tweet

Salin Tautan

Ringkasan

Apakah Gula Jagung Sehat?

Bagaimana Proses Produksi Gula Jagung

Apakah Gula Jagung Baik untuk Penderita Diabetes Melitus?

Manakah yang Lebih Baik Dipilih Gula Jagung atau Gula Biasa?

Sumber Referensi

Gula jagung merupakan salah satu produk substitusi atau pengganti gula biasa yang digunakan di minuman bersoda atau minuman perasa buah lainnya. Umumnya, gula yang tinggi akan fruktosa tidak sama seperti gula biasa. Terdapat kontroversi bahwa gula jagung lebih berbahaya bagi tubuh, khususnya bagi penderita diabetes.

Namun hal yang pasti, mengonsumsi segala jenis pemanis mulai dari gula jagung atau gula pasir biasa dapat menambah asupan kalori. Apabila terus menerus terjadi dalam jangka panjang, tentunya kesehatan menjadi terganggu, seperti risiko penyakit jantung dan diabetes.

Apakah Gula Jagung Sehat?

Idealnya, mengkonsumsi gula tidak boleh lebih 10% dari semua asupan kalori harian. Hal ini bukan hanya gula dalam bentuk gula pasir atau gula jagung saja, namun juga makanan dan minuman apapun yang manis.

Apabila kamu ingin menjaga kesehatan tubuh, maka harus mengurangi asupan pemanis tambahan bentuk apapun. Terlebih lagi, jenis pemanis seperti gula jagung yang dikenal sebagai high fructose corn syrup digunakan di hampir seluruh makanan yang diproses.

Gula jagung didapatkan dari proses pembuatan sirup jagung (corn syrup). Di Amerika Serikat sendiri, sudah tidak asing jika mendengar kata gula jagung yang menjadi pemanis tambahan di makanan maupun minuman soda. Dahulu, gula dari jagung populer pada akhir tahun 1970an ketika harga gula biasa harganya tinggi. Sementara pada saat yang sama, harga jagung rendah karena ada subsidi dari pemerintah.

Gula jagung seringkali dipercaya sebagai pemicu obesitas dan masalah penyakit lainnya. Sehingga gula jagung untuk program diet tidak disarankan. Banyak sekali yang menganggap gula jagung lebih buruk dibandingkan dengan gula biasa.

Meski begitu, para pakar gizi telah sepakat bahwa sampai saat ini belum ada bukti yang kuat untuk mendukung klaim tersebut. Justru, mengonsumsi gula atau pemanis tambahan dalam jenis apapun tetap tidak baik bagi kesehatan.

Bagaimana Proses Produksi Gula Jagung

Gula jagung umumnya terbuat dari jagung yang termasuk makanan rekayasa genetika. Pada tahap awalnya, jagung akan digiling untuk mendapatkan tepung jagung dan diolah menjadi sirup jagung.

Kandungan utama dari sirup jagung adalah glukosa. Agar bisa membuat jagung mirip dengan rasa gula pasir biasa (sukrosa), maka harus dilakukan konversi glukosa menjadi fruktosa dengan tambahan enzim tertentu.

Secara kimia, kandungan fruktosa serta glukosa dalam sirup jagung tidak akan menyatu seperti sukrosa dalam gula pasir. Meski begitu, perbedaan ini tidak akan berpengaruh terhadap kesehatan.

Ketika masuk ke dalam tubuh, sistem pencernaan bisa mengolah gula menjadi fruktosa dan glukosa. Artinya, gula jagung dan gula biasa berakhir dalam bentuk yang sama.

Apakah Gula Jagung Baik untuk Penderita Diabetes Melitus?

Alasan utama mengapa pemanis tambahan tidak terlalu baik karena tingginya kandungan fruktosa di dalamnya. Sementara pada tubuh, hanya ada liver yang mampu mengolah fruktosa dalam jumlah banyak. Ketika kinerja liver kewalahan, maka ada fruktosa yang dikonversi menjadi lemak.

Lemak inilah yang dapat mengendap di liver dan menyebabkan perlemakan hati. Tidak hanya itu, konsumsi fruktosa berlebihan juga dapat mengakibatkan sindrom metabolik, obesitas, resistensi insulin, dan diabetes tipe 2.

Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa gula jagung sebenarnya tidak baik bagi penderita diabetes. Hal ini karena ada kandungan fruktosa di dalamnya. Percobaan penelitian tersebut juga memberikan fruktosa serta larutan sukrosa pada seekor tikus.

Hasilnya menunjukkan tikus yang memperoleh larutan fruktosa akan lebih cepat obesitas. Sedangkan, tikus yang mendapatkan larutan sukrosa bisa mengatasi berat badan. Kebiasaan mengkonsumsi fruktosa ini sebenarnya juga akan memicu terjadinya resistensi insulin.

Akibatnya, risiko terjadinya diabetes atau kencing manis semakin meningkat. Penelitian lain juga telah menunjukkan bahwa mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah tinggi selama 7 hari bisa memicu terjadinya dislipidemia. Hal ini merupakan kondisi di mana terjadinya deposisi lemak di hati yang dapat menurunkan sensitivitas insulin pada tubuh.

Manakah yang Lebih Baik Dipilih Gula Jagung atau Gula Biasa?

Apabila kamu saat ini masih bingung harus memilih gula jagung atau gula biasa, maka ditemukan fakta bahwa tidak ada perbedaan ketika mengonsumsi keduanya. Baik itu dalam hal response insulin, level leptin, rasa kenyang, serta dampaknya pada berat badan.

Dampaknya bagi kesehatan bila dikonsumsi berlebih akan sama-sama berbahaya. Jadi, tidak ada yang dapat disebut lebih sehat saat membandingkan antara gula jagung dan gula biasa.

Belum ada bukti kuat yang menyatakan gula jagung lebih buruk jika dikonsumsi, begitu pula sebaliknya. Jadi sekarang, tergantung kamu bagaimana membatasi konsumsi pemanis tambahan agar tidak terlalu membahayakan kesehatan.

Sumber Referensi


Krisna Octavianus Dwiputra. 2019. Gula Jagung Baik untuk Penderita Diabetes? [Online] (https://www.klikdokter.com/info-sehat/diabetes/gula-jagung-baik-untuk-penderita-diabetes di akses 12 Maret 2023)

Arinda Veratamala. 2021. Gula Jagung dalam Sirup Tinggi Fruktosa Lebih Sehat? [Online] (https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/gula-jagung-lebih-sehat/ di akses 12 Maret 2023)

article

Artikel Terkait Lainnya