Ringkasan
Penyebab dan Penularan Kusta
Gejala Kusta
Pengobatan Kusta
Pencegahan Kusta
Vaksinasi
Menjaga kebersihan tangan dan hidung
Edukasi dengan mengetahui tanda dan gejala
Mendapatkan pengobatan yang adekuat untuk infeksi lain
Memastikan lingkungan hidup bersih dan sehat
Deteksi dini
Akhiri Stigma dan Diskriminasi
Sumber Referensi
Hari Kusta Sedunia diperingati setiap hari Minggu terakhir pada bulan Januari dimana tahun ini jatuh pada tanggal 29 Januari 2023. Peringatan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan penyakit kusta. Sekaligus menyerukan diakhirinya stigma dan diskriminasi terkait orang yang menderita kusta.
Penyakit kusta telah dikenal sejak zaman kuno dan tersebar luas di seluruh dunia. Beberapa sumber menunjukkan bahwa penyakit ini telah ada sejak tahun 600 SM dan tersebar di wilayah seperti Mesir, India, dan Cina. Di Mesotomia (Mesir) 400 tahun SM dimana pada masa purba tersebut telah terjadi pengasingan pada penderita kusta.
Istilah kusta sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kustha (kumpulan gejala-gejala kulit secara umum). Bakteri penyebab kusta ini ditemukan oleh seorang ilmuwan Norwegia yaitu Gerhard Henrik Armauer Hansen pada 28 Februari 1873.
Sehingga penyakit kusta ini disebut juga penyakit Morbus Hansen. Beberapa nama lain dari penyakit kusta ini yaitu Lepra, Hanseniasis, Elephantiasis, Melaats, dan lain-lain.
Penyebab dan Penularan Kusta
Kusta adalah penyakit infeksi yang menyerang sistem saraf dan kulit. Ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae atau Mycobacterium Lepromatosis. Penyakit kusta dapat menular melalui tetesan udara dari orang yang terinfeksi saat mereka bersin atau batuk dan biasanya memasuki tubuh melalui mulut atau hidung.
Setelah masuk ke dalam tubuh, bakteri ini menyerang sistem saraf dan kulit. Menyebabkan gejala seperti rasa sakit, kebas dan hilangnya sensasi pada kulit. Faktor risiko termasuk hidup dalam lingkungan yang tidak sehat, memiliki sistem imun yang lemah dan tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat untuk infeksi lain.
Penyakit kusta juga dapat menular melalui pemakaian barang pribadi orang yang terinfeksi, seperti handuk atau pakaian. Begitupun lewat kontak langsung dengan kulit atau jaringan yang terinfeksi seperti melalui sentuhan dengan kulit yang terluka.
Gejala Kusta
Gejala kusta pada awalnya tidak tampak jelas dan biasanya berkembang secara perlahan. Bahkan, pada beberapa kasus, gejala kusta baru bisa terlihat setelah bakteri kusta berkembang biak dalam tubuh penderita selama 20 tahun atau lebih. Gejala bervariasi tergantung pada tipe dan tahap penyakit. Beberapa orang mungkin memiliki gejala yang ringan, sementara yang lain memiliki gejala yang lebih parah.
Beberapa gejala kusta yang dapat dirasakan penderitanya adalah:
- Hilangnya sensasi atau kebas pada kulit, terutama di tangan dan kaki
- Rasa sakit pada area yang terkena
- Lesi kulit dengan warna dan tekstur yang berbeda
- Nodul atau benjolan pada kulit
- Kerusakan jaringan dan disfigurement pada wajah dan tangan
- Infeksi ulser pada kulit
- Kelumpuhan tangan atau kaki
- Gangguan penglihatan
- Gangguan pada fungsi saraf
Pengobatan Kusta
Penyakit kusta dapat disembuhkan dengan pengobatan antibiotik. Regimen pengobatan biasanya meliputi kombinasi beberapa antibiotik yang diberikan secara oral selama beberapa bulan. Beberapa obat yang umum digunakan untuk mengobati kusta meliputi dapsone, rifampin, dan clofazimine.
Setelah pengobatan, perawatan medis dan rehabilitasi juga penting untuk membantu mengatasi masalah fisik dan sosial yang diakibatkan oleh penyakit, seperti kekakuan tangan dan kaki, gangguan penglihatan, dan disfigurement pada wajah.
Untuk mencegah penyebaran penyakit, orang yang terinfeksi harus meminimalkan kontak dengan orang lain dan menjaga kebersihan tangan dan hidung. Pengobatan dan vaksinasi juga dapat membantu mencegah terjadinya penyakit baru.
Pencegahan Kusta
Berikut beberapa cara untuk mencegah penyakit kusta:
Vaksinasi, ada beberapa vaksin yang dapat membantu mencegah terjadinya penyakit kusta, seperti vaksin BCG (Bacille Calmette-Guérin).
Menjaga kebersihan tangan dan hidung dengan sering mencuci tangan dengan air dan sabun dan menjaga jarak dengan orang yang terinfeksi.
Edukasi dengan mengetahui tanda dan gejala penyakit kusta dan mengetahui bagaimana penyakit ini menyebar. Begitupun dengan pengobatan dan cara pencegahannya.
Mendapatkan pengobatan yang adekuat untuk infeksi lain, seperti infeksi saluran pernapasan, untuk membantu menjaga sistem imun yang sehat. Adekuat adalah pemberian antibiotik dengan jenis, dosis dan durasi yang tepat.
Memastikan lingkungan hidup bersih dan sehat terutama bagi orang yang berisiko tinggi terkena penyakit kusta.
Deteksi dini juga penting mengingat mendeteksi dan mengobati penyakit kusta secepat mungkin setelah muncul gejalanya untuk membantu mencegah penyebaran penyakit dan memperkecil risiko komplikasi.
Akhiri Stigma dan Diskriminasi
Meskipun banyak perkembangan telah dilakukan baik dalam pengobatan maupun pencegahannya. Masih ada saja kasus baru penyakit kusta yang terdiagnosis setiap tahun di seluruh dunia. Menunjukkan bahwa masih ada upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah ini.
Di Indonesia, penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan yang signifikan. Sebab Indonesia belum dinyatakan sebagai negara bebas kusta karena masih ada 10 provinsi yang belum bebas kusta. Sebagian besar berada di wilayah Indonesia Timur seperti Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku, Papua, Maluku Utara, dan Papua Barat.
Seringkali kusta diasosiasikan dengan penyakit kutukan atau hasil guna-guna. Stigma negatif yang disematkan pada penderita kusta inilah yang menjadi kendala dalam mencapai eliminasi kusta di Indonesia.
Meski tergolong menular, penyakit kusta sebenarnya tidak mematikan bahkan penderitanya bisa dinyatakan sembuh jika menjalani pengobatan yang tepat.
Sayangnya penyakit kusta seringkali ditemukan terlambat dan sudah dalam keadaan cacat yang terlihat. Kecacatan yang nampak pada tubuh penderita kusta seringkali tampak menyeramkan bagi sebagian besar masyarakat
Sehingga menyebabkan perasaan jijik, bahkan ada yang ketakutan secara berlebihan terhadap kusta. Meskipun penderita kusta telah menyelesaikan rangkaian pengobatannya, dinyatakan sembuh dan tidak menular. Status predikat penyandang kusta tetap dilekatkan pada dirinya seumur hidup. Inilah yang seringkali menjadi dasar permasalahan psikologis yang perlu diakhiri.
Masyarakat diharapkan dapat mengubah pandangan guna menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap penderita kusta juga OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta).
Ini karena stigma dan diskriminasi seringkali menghambat penemuan kasus kusta secara dini, pengobatan pada penderita serta penanganan permasalahan medis yang dialami oleh penderita maupun orang yang pernah mengalami kusta.
Selain mengubah pandangan, masyarakat juga diharapkan dapat membantu penderita maupun orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) agar tetap sehat dan mampu menjaga kesehatan secara mandiri.
Sumber Referensi
FKM Universitas Airlangga. 2021. Hari Kusta Sedunia : Mengenal Kusta, Hapus Stigma dan Diskriminasi [online] (https://fkm.unair.ac.id/hari-kusta-sedunia-mengenal-kusta-hapus-stigma-dan di akses 30 Januari 2023)
Siloam Hospital. 2022. Apa Itu Kusta-Penyebab, Gejala dan Pengobatannya [online] (https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-kusta di akses 30 Januari 2023)
dr Pittara. 2022. Kusta [online] (https://www.alodokter.com/kusta di akses 30 Januari 2023)
InfoSehat FKUI. 2019.Mengenal Kusta Penyakit Menular yang Sering Dianggap Hasil Guna-Guna [online] (https://fk.ui.ac.id/infosehat/mengenal-kusta-penyakit-menular-yang-sering-dianggap-hasil-guna-guna/ di akses 30 Januari 2023)
Sehat Negeriku. 2015. Hari Kusta Sedunia 2015: Hilangkan Stigma! Kusta Bisa Sembuh Tuntas [online] (https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20150124/1911814/hari-kusta-sedunia-2015-hilangkan-stigma-kusta-bisa-sembuh-tuntas/ di akses 30 Januari 2023)
Artikel Terkait Lainnya