Unduh Aplikasi Nirvana

Flag id
image Stars

Stars Category

Dari Body Combat ke Savasana, Menemukan Kekuatan dalam Kelembutan Yoga

17 September 2025

oleh I Made Dwi Kardiasa

Share

Tweet

Salin Tautan

Ringkasan

Jatuh Cinta pada Yoga Setelah Menolaknya

Mendalami Yoga, Menemukan Panggilan Jiwa

Tiada Hari Tanpa Belajar

Di balik postur tenang dan senyumnya yang hangat, siapa sangka perjalanan Medyaratri Werdani atau yang akrab disapa Ms Ririt, Pemilih RIT's Yoga studio di Cikarang, menekuni yoga justru dimulai dari penolakan.

Bukan karena tidak tertarik, tapi karena ia merasa yoga bukan untuknya.

Tim Nirvana Indonesia Yoga menyimak perjalanan Ms Ririt mengenal, menggeluti hingga mencintai yoga. Penasaran dengan kisah inspiratifnya?

Yuk simak wawancara ekslusif Tim Nirvana Indonesia Yoga dalam artikel berikut ini.

Jatuh Cinta pada Yoga Setelah Menolaknya

"Saya dulu sukanya olahraga yang keras," ujar Ms Riri mengawali pembicaraan sembari mengenang masa mudanya yang penuh energi dan tantangan. Aerobik, body combat hingga angkat beban, ketiga itulah dunia yang ia pilih kala itu.

Dunia yang membuatnya merasa kuat, tangguh, dan percaya diri. Tapi justru dari situ, pintu ke dunia baru terbuka, ke yoga.

Salah satu instruktur pernah berujar padanya, “Rit, wajahmu terlalu keras. Cobalah yoga biar kelihatan lebih lembut.” Komentar itu, meski diucapkan ringan, terus membekas.

Awalnya ditolak mentah-mentah, namun lama-lama Ms Ririt penasaran juga. Apalagi saran serupa datang dari berbagai arah.

“Yoga? Apa itu? Saya mana bisa begitu-begituan,” candanya. Tapi, seperti banyak kisah perjumpaan yang indah, segalanya berubah saat ia memutuskan mencoba. Awalnya kaku, sakit, dan tentu saja sulit. Tapi dari kesulitan itu muncul rasa penasaran dan dari penasaran tumbuh rasa cinta.

Tahun 2010 jadi titik awal perjalanan yoga Ms Ririt. Lima tahun kemudian, ia memutuskan untuk mengikuti Yoga Teacher Trainning 200H di Indonesia Yoga School, standar internasional bagi siapa saja yang ingin menjadi guru yoga profesional.

Tak hanya satu jenis, ia mendalami banyak jenis dari Kids Yoga, Wheel Yoga, Yin Yoga, Hatha Yoga, Kapha Yoga, Qi Gong, Aeroswing hingga yg terakhir Aerial Hammock.

Komitmennya tidak main-main. Ia menimba ilmu dari Koko Kapha Yoga, pendiri Indonesia Yoga School, dan bahkan menerima beasiswa untuk mendalami yoga di Bangkok, Thailand, pada 2023 untuk memperdalam Aerial Hammock Yoga.

Sejak 2015, ia juga tergabung dalam Teaching Team yang mengajar calon guru yoga di Indonesia Yoga School dengan program-program Yoga Teacher Trainning 30H, 60H hingga 200H.

Secara rutin ia juga diundang ke Kapha Yoga School by Koko Kapha Bali untuk memberi trainning bertaraf internasional dimana peserta datang dari berbagai negara seperti Jerman, USa, Australia, Korea Selatan, China, Spanyol, Prancis, Slovakia, Italia, UK, Swedia, Bristol dll.

Semua itu ia jalani bukan semata demi profesi, tapi karena panggilan jiwa. “Yoga bagi saya bukan hanya olahraga. Ini soal keseimbangan tubuh, pikiran, dan jiwa,” tegasnya.

Mendalami Yoga, Menemukan Panggilan Jiwa

Ada satu gerakan yoga yang sangat ia sukai yakni Savasana. Bukan pose berdiri satu kaki atau split di udara, tapi justru pose terlentang yang seolah sederhana padahal menantang.

“Savasana itu bukan tidur. Justru susah, karena harus sadar sepenuhnya tapi tetap rileks. Pikiran kita sering ke mana-mana saat diam. Nah, di sinilah tantangannya,” ungkap Ms Ririt.

Ms Ririt selalu menekankan bahwa yoga bukan tentang pencapaian pose tertentu, tapi tentang proses. Seperti saat seseorang belum bisa melakukan Handstand, bukan berarti orang tersebut gagal, tapi sedang dalam proses memperkuat tubuh dan merawat keberanian dalam dirinya.

Filosofi ini ia terapkan dalam hidupnya, bahwa kegagalan hanyalah keberhasilan yang tertunda.

“Kalau belum bisa, bukan berarti gagal. Kita cuma belum sampai saja,” katanya bijak. Yoga bagi Ms Ririt, telah mengubah hidupnya. Ia bukan hanya menjadi lebih sehat secara fisik, tapi juga lebih fokus dan tenang.

“Tiga kata yang menggambarkan yoga bagi saya adalah healthy, focus, dan respect. Rispek bukan cuma pada diri sendiri, tapi juga pada orang lain,” tuturnya.

Sebagai guru, Ms Ririt juga sadar bahwa tiap murid datang dengan tantangan masing-masing. Rasa pusing, mual, lelah, bahkan keinginan untuk menyerah adalah bagian dari proses belajar. Di sinilah ia berperan, bukan hanya sebagai pengajar gerakan, tapi juga pendamping mental.

“Banyak murid yang ingin berhenti. Tapi tugas saya adalah menemani, bukan memaksa. Agar mereka tahu bahwa mereka tidak sendiri,” ungkapnya.

Ia percaya yoga bisa memberi dampak sosial yang luas terutama dalam membantu orang menemukan ketenangan batin, bahkan dalam dunia yang makin bising dan cepat ini.

Tiada Hari Tanpa Belajar

Tak peduli sudah berapa banyak kelas yang ia ajar, Ms Ririt tetap percaya bahwa seorang guru harus terus belajar. Ia aktif mengikuti perkembangan yoga, memperdalam teknik, dan membuka diri terhadap pendekatan baru. Baginya, menjadi guru bukan berarti sudah selesai belajar malah justru sebaliknya.

“Saya ingin jadi guru yang terus bertumbuh. Karena murid-murid saya juga berkembang. Jadi saya harus lebih dulu belajar,” ujarnya dengan semangat.

Kisah Ms Ririt adalah bukti bahwa jalan hidup kadang berliku dan tak terduga. Dari seseorang yang mencintai olahraga keras, ia justru menemukan kekuatan sejati dalam kelembutan yoga. Dari keraguan, ia menemukan panggilan.

Dan dari panggilan itu, lahirlah guru yang kini menjadi inspirasi banyak orang. Ms Ririt sudah membuktikannya. Sekarang giliran kita.

Sahabat NIRVANA yang ingin berlatih dengan Ms Ririt bisa langsung datang ke RIT's Yoga Studio di Cikarang atau kunjungi juga sosial media Ms Ririt di laman Instagram @ririt_iys_ryt untuk melihat jadwal dan keseruannya beryoga.

article

Artikel Terkait Lainnya