Nirvana Store

Bagi sebagian orang, mata yang sering berkedut kerap diidentikkan dengan hal-hal bersifat mitos, misalnya akan menangis atau ada orang lain yang sedang membicarakan kita. Padahal, mata kedutan itu bisa jadi tanda adanya masalah kesehatan atau penyakit yang perlu diwaspadai.

Lantas apa penyebab mata kedutan? Apakah benar mata kedutan artinya sebuah pertanda kurang baik? Bagaimana cara mengatasinya?

Lewat artikel berikut ini, akan diulas penyebab hingga cara mengatasi mata kedutan. Simak selengkapnya dan semoga bermanfaat!

Apa Itu Mata Kedutan?

Pada umumnya, mata kedutan bukanlah keluhan yang berbahaya dan bisa hilang dengan sendirinya. Meski begitu, bila sering terjadi, maka kondisi ini tentunya bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. 

Mata kedutan atau yang juga disebut sebagai blefarospasme merupakan kondisi yang memicu pergerakan berulang pada kelopak mata bagian atas. Pada umumnya, gerakan akan muncul secara spontan dan terjadi tanpa diawali tanda tertentu.

Biasanya, kedutan pada mata bisa berlangsung selama beberapa detik atau bertahan hingga satu menit atau lebih. Hal ini bisa dialami oleh siapa saja dan terjadi pada salah satu atau kedua mata. Meski kondisi umumnya tidak berbahaya, namun bisa sangat mengganggu. 

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, kedutan pada mata umumnya bisa hilang dengan sendirinya, setelah beberapa saat. Akan tetapi, pada beberapa kasus, kedutan pada kelopak mata bisa hilang timbul dalam jangka waktu tertentu, misalnya berbulan-bulan.

5 Penyebab Mata Kedutan

1. Mata Lelah

Gangguan penglihatan seperti mata minus atau plus disebut bisa menyebabkan mata bekerja terlalu "berat", sehingga bisa mengakibatkan mata kedutan. Selain itu, mata lelah juga bisa disebabkan oleh penggunaan komputer atau gawai berlebihan yang bisa mengakibatkan mata kedutan. 

Selain itu, mata yang kering juga bisa menjadi penyebab terjadinya kedutan. Seseorang yang sering menggunakan komputer, berusia di atas 50 tahun, serta yang sering minum minuman berkafein atau alkohol, bahkan stres bisa memicu terjadinya mata kering.

2. Penggunaan Lensa Kontak

Penggunaan lensa kontak saat ini masih menjadi pilihan favorit masyarakat, khususnya bagi mereka yang mengalami minus. Penggunaan lensa kontak rupanya juga bisa menjadi pemicu terjadinya mata kedutan. Namun tidak menjadi keluhan secara langsung. Efek samping dari penggunaan lensa kontak, yakni mata kering lah yang bisa meningkatkan risiko keluhan mata kedutan.

3. Efek Konsumsi Obat Tertentu

Sama halnya dengan penggunaan lensa kontak, konsumsi obat tertentu juga tidak berkaitan secara langsung dengan mata kedutan. Akan tetapi, riwayat pernah mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti antihistamin, antidepresan, dsb bisa memicu mata kering dan menyebabkan mata berkedut.

4. Alergi

Bagi mereka yang memiliki alergi mata, biasanya mengalami gatal, bengkak, mata berair, hingga berkedut. Kedutan pada mata ini dipicu oleh histamin yang dikeluarkan pada saat kondisi alergi.

5. Gangguan Nutrisi

Beberapa studi disebut menemukan bahwa kekurangan zat gizi tertentu seperti magnesium, bisa memicu terjadinya mata kedutan. Maka dari itu, disarankan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, khususnya yang tinggi magnesium yang didapat dari sayuran hijau seperti bayam, kangkung, dan sebagainya.

Upaya Atasi Mata Kedutan Secara Umum

• Memejamkan kelopak mata
• Mengistirahatkan penglihatan sejenak, misalnya mematikan layar komputer/gawai
• Kompres air hangat di kelopak mata
• Berhenti merokok
• Istirahat cukup
• Bila perlu, teteskan cairan pengganti air mata (artificial tears) guna memastikan mata tidak kering
• Obati infeksi mata bila mata memerah
• Kurangi konsumsi kafein, soda, minuman berenergi dan beralkohol

Sumber Referensi

dr. Kevin Adrian. 2023. Mata Kedutan, Ini Jenis, Penyebab, Dan Cara Mengatasinya (https://www.alodokter.com/mata-kedutan-bisa-jadi-gejala-penyakit-saraf diakses secara online pada 24 April 2024)

dr. Valda Garcia. 2024. 10 Penyebab Mata Kedutan dan Cara Mengatasinya (https://www.klikdokter.com/info-sehat/mata/mata-kedutan-ini-penyebab-dan-cara-mengatasinya diakses secara online pada 24 April 2024)