Summary
Jatuh Cinta dengan Yin dan Vinyasa
Ahimsa dan Sauca, Dua Filosofi Yoga yang Teguh Ia Ayomi
Yoga Sejati adalah Tentang Pengembangan Diri Secara Menyeluruh
Perjalanan menjadi seorang guru yoga tidaklah mudah dan tentu saja penuh tantangan. Dari sekadar iseng mengikuti kelas yoga di pusat kebugaran, Sugandi Gohzaly yang akrab disapa Sir Sugandi menginspirasi kita semua.
Bahwa berlatih yoga tak hanya baik untuk kesehatan tubuh saja. Tapi juga bisa menginspirasi dan bermanfaat bagi banyak orang.
Tim Nirvana Indonesia Yoga menyimak perjalanan Sir Sugandi, instruktur sekaligus Founder Jampa Yoga Studio Medan, dari yang awalnya hanya iseng, bertransformasi, menjadi keberanian untuk menemukan jati diri dan bermanfaat untuk orang banyak.
Penasaran dengan kisah inspiratifnya? Yuk simak wawancara ekslusif Tim Nirvana Indonesia Yoga dengan Sir Sugandi dalam artikel berikut ini.
Sir Sugandi memulai perjalanan yoganya sekitar tahun 2013 dan seperti kebanyakan orang pada umumnya, ia tak berniat yoga, hanya ingin berolahraga ke gym untuk kebugaran dan angkat beban untuk membentuk otot.
Namun, satu hari, ia melihat ada kelas yoga yang diadakan. Lantas iseng ia mencobanya. "Saya iseng masuk kelas yoga, dan ternyata susah-susah gampang," kenangnya.
Pengalaman pertama berlatih yoga, diakuinya biasa saja, tidak ada yang membuatnya ingin kembali.
“Pertama kali biasa saja, rasanya gak ada yang buat jatuh cinta, tapi ada sesuatu yang menarik. Perlahan saya mulai merasakan manfaat dari latihan yoga, terutama secara fisik. Manfaat yang paling signifikan adalah perlahan nyeri punggung yang dulu sering saya alami hilang,” ceritanya.
Meskipun awalnya sulit, karena sudah merasakan manfaatnya, ia putuskan untuk terus berlatih yoga. Rasanya seperti mendapat tantangan baru, membuatnya terus ingin belajar, dan berlatih lebih mendalam.
Sir Sugandi juga menyadari bahwa yoga telah memberinya fleksibilitas dan kekuatan yang lebih baik dibandingkan teman-temannya yang seusia. "Saya merasa lebih sehat dibandingkan dengan teman-teman seusia saya," ungkapnya.
Namun meskipun telah berlatih yoga sejak 2013, menjadi guru yoga tidak pernah terlintas dalam pikirannya. Ia menikmati latihan yoga sebagai bagian dari rutinitas kebugaran saja.
Hingga tahun 2019, seorang teman menyarankannya untuk menjadi guru yoga. "Kamu kenapa nggak mau jadi guru yoga? Udah jago pun, jadi bisa ngajar bagi-bagi ilmu ke kita," ujar temannya.
Kata-kata ini menyentuh hati dan membuatnya berpikir untuk mengambil langkah tersebut. Ia putuskan untuk mencoba ikut pelatihan guru yoga (TTC) 200 jam di Indonesia Yoga School Jakarta.
Keputusan ini ternyata berpengaruh mengubah hidupnya, dan dari situ ia memulai perjalanannya sebagai seorang guru yoga. Awalnya, menjadi guru yoga bukanlah hal yang mudah.
Terutama karena sifatnya yang introvert. Berbicara di depan banyak orang dan harus memimpin kelas menjadi tantangan besar.
"Grogi dan demam panggung itu berat di awal, tetapi seiring berjalannya waktu, saya mulai terbiasa," katanya. Selama mental kita kuat, lama-lama juga akan terbiasa," tambahnya dengan bijak.
Jatuh Cinta dengan Yin dan Vinyasa
Vinyasa dan Yin Yoga menjadi dua jenis yoga yang Sir Sugandi favoritkan. Vinyasa sangat menarik karena melibatkan penyelarasan antara napas, gerakan, dan pikiran. Setiap gerakan dalam Vinyasa bisa membantu orang yang mempraktikkan jadi lebih fokus, khususnya pada diri sendiri.
Sementara Yin Yoga, meski menawarkan pengalaman yang berbeda, manfaatnya pun tak main-main. Sebab dalam Yin Yoga, gerakan yang dilakukan lebih lembut, perlahan dan mendalam, yang ketiganya, memungkinkan orang yang mempraktikkannya untuk “masuk dan mengenal” diri masing-masing.
“Yin Yoga adalah cara untuk mengenal diri sendiri, menyadari tubuh, dan belajar untuk merasa nyaman dalam ketenangan dan kelembutan,” jelasnya.
Yoga bukan hanya tentang kesehatan fisik, tetapi juga tentang kesehatan mental. Melalui Yin Yoga, seseorang bisa menyadari setiap sensasi fisik dan non-fisik yang muncul dalam tubuhnya selama latihan.
Menurutnya, tak bisa dipungkiri bahwa manusia disadari atau tidak pernah menyimpan trauma atau stres di bagian tubuh tertentu. Misalnya, beban tanggung jawab yang berlebihan sering tersimpan di punggung atas.
Sementara rasa takut dan cemas sering terpusat di area perut atau sistem pencernaan. Asana yoga yang dipraktikkan secara rutin, dapat membantu menyadari sensasi tersebut, dengan yin yoga misalnya, seseorang dapat melepaskan ketegangan fisik dan mental yang terpendam.
Ahimsa dan Sauca, Dua Filosofi Yoga yang Teguh Ia Ayomi
Selama mengajar yoga, ia memegang teguh dua filosofi utama yang ia pelajari dari gurunya di IYS, yaitu Ahimsa dan Sauca. Ahimsa, yang berarti tidak menyakiti, menjadi landasan dalam setiap tindakannya selama mengajar yoga.
Baik itu dalam berkata-kata, melakukan penyesuaian atau modifikasi selama mempraktikkan gerakan yoga. Baginya, penting untuk memastikan bahwa tidak ada yang terluka, baik secara fisik maupun emosional selama kelas yoganya berlangsung.
Sementara Sauca, yang berarti kebersihan, juga menjadi prinsip penting bagi Sir Sugandi. Kebersihan dalam hal ini tidak hanya terkait dengan kebersihan fisik, tetapi juga kebersihan niat.
Termasuk pula ucapan dan pikiran. Dengan mempraktikkan Sauca, Sir Sugandi berharap ia bisa membawa energi positif ke dalam setiap kelas yang ia ajar. Ia selalu berusaha untuk menyesuaikan kelasnya dengan tingkat kemampuan murid-muridnya.
Salah satu pendekatan yang ia gunakan adalah dengan memberikan opsi latihan yang lebih mudah (regresi) atau tantangan tambahan (progresi) sesuai dengan kemampuan masing-masing murid.
Dengan cara ini, ia berharap setiap murid dapat mengikuti kelas dengan nyaman dan mendapatkan manfaat maksimal dari latihan yoga.
Baginya, tidak ada yang salah jika yoga dijadikan sebagai latihan fisik, tetapi ia selalu mengingatkan bahwa Yoga Sejati adalah Tentang Pengembangan Diri Secara Menyeluruh, baik fisik maupun mental.
“Sehingga saat seseorang menjadi guru yoga, bagi saya ini bukan sekadar pekerjaan, tetapi sebuah panggilan, sebuah cara untuk berbagi ilmu dan pengalaman sehingga banyak orang bisa terbantu,” katanya.
Itulah mengapa Sir Sugandi dengan tegas mengatakan bahwa Semua Orang Bisa Yoga sebab baginya, yoga adalah latihan yang inklusif dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Tanpa memandang usia, latar belakang, atau tingkat kebugaran.
“Saya percaya bahwa dengan pendekatan yang tepat, setiap orang bisa yoga dan dapat merasakan manfaat yoga dalam hidup mereka,” tegasnya.
Diakhir perbincangan, Sir Sugandi berharap agar murid-muridnya dapat melihat yoga bukan hanya sebagai latihan fisik, tetapi juga sebagai investasi jangka panjang untuk kesehatan tubuh masing-masing.
Other Related Articles